Diinspirasi dari kisah nyata sang
penulis naskah film ini, Will Reiser, 50/50 bercerita tentang Adam Lerner,
seorang pemuda berusia 27 tahun yang boleh dikatakan memiliki segalanya mulai
dari wajah yang tampan, sahabat-sahabat yang gokil, kekasih yang cantik hingga
karir yang mapan. Namun suatu hari, seperti diberi tamparan keras, ia tiba-tiba
di diagnose menderita penyakit kanker tulang belakang.
Pada titik ini, sebagai penonton
tentunya kita mengira film ini akan menjadi sebuah drama Hollywod yang sedih
dengan cerita yang kelam. Karena terus terang saja, apabila hal tersebut
terjadi pada kita, tentunya hidup akan terasa kelam dan berat, apalagi setelah
mengetahui bahwa kesempatan bertahan hidup bagi seorang penderita kanker tulang
belakang hanyalah 50% saja.
Namun tidak demikian dengan film
ini. Berkat kepiawaian Reiser sebagai penulis naskah dan Jonathan Levine
sebagai sang sutradara, film 50/50 ini mampu dibalut dengan suasana komedi yang
kental dan cerdas tanpa mengurangi momen-momen
mengharukan dari sisi drama film ini.
Walau awalnya tidak bisa menerima
kenyataan bahwa dirinya menderita kanker, Adam secara perlahan mencoba
menjalankan hidupnya dari perspektif yang berbeda. Ia memutuskan untuk
memanfaatkan sisa waktu yang ia miliki untuk bersenang-senang dan bukan untuk
meratapi nasib. Hal tersebut memang tidak mudah, apalagi dengan terguncangnya
hubungan Adam dengan sang kekasih Rachael (Bryce Dallas Howard) dan sang Ibu
Diane (Anjelica Huston) setelah tahu bahwa dirinya menderita kanker. Namun
demikian, ternyata kanker yang dideritanya tidak terus menerus memberinya nasib
buruk. Justru melalui penyakit kanker tersebutlah Adam kemudian mulai mengenal
berbagai karakter yang mengisi sisa hidupnya dan membuatnya merasa lebih
bahagia dan mampu bersyukur atas kehidupannya.
Film 50/50 ini mampu dengan cerdasnya
menangkap semua momen penting dari hidup seseorang yang didiagnosa kanker,
seolah film ini mengerti setiap persoalan yang dimiliki orang yang menderita
kanker. Pada dasarnya, tidak ada yang tahu bagaimana cara menghadapi kanker.
Bukan hanya dari sisi pasien, tapi dari sisi orang-orang di sekitar pasien
tersebut. Namun film ini mampu menggambarkan secara jujur tentang bagaimana
kanker mengubah kehidupan seseorang dan juga orang-orang disekitarnya.
Film ini tidak berusaha untuk
menjadi film yang mendramatisir kehidupan, tidak juga berusaha untuk
meninggalkan kesan komedi dimana sang pasien kanker bersenang-senang seenaknya
hanya karena ajal sudah dekat. Film ini berusaha memberikan pelajaran kepada
semua orang, baik penderita kanker ataupun mereka yang hidup dengan seorang
penderita kanker bahwa “hidup tidak berhenti untuk kanker”. Film ini tidak mengedapankan penyakit kanker
itu sendiri sebagai semua konflik, namun justru mengetengahkan bagaimana kanker
mengubah perilaku seseorang secara dramatis baik si pasien sendiri maupun orang
lain dalam hubungan sosial mereka.
Film dan naskah yang begitu kuat
ini juga didukung dengan jajaran departemen akting yang memukau. Joseph
Gordon-Levitt berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa ia adalah seorang aktor
yang mumpuni dan mampu memerankan karakter apapun yang diberikan kepadanya. Begitu
pula dengan pemeran lainnya seperti Seth Rogen, Anna Kendrick dan Bryce Dallas
Howard mampu memberikan penampilan yang istimewa dalam film ini. Bahkan
beberapa nama yang hanya mendapat porsi kecil dalam perannya di film ini
seperti Anjelica Huston, Phillip Baker Hall dan Matt Frewer mampu memberikan
penampilan yang luar biasa dalam porsi kecilnya tersebut.
Kesimpulannya: 50/50 adalah
sebuah film drama komedi cerdas tentang bagaimana kanker mengubah kehidupan
banyak orang yang mampu memberikan para penontonnya gelak tawa, tetesan air
mata serta pelajaran hidup yang sangat berharga.
Penasaran?? Mimin juga jadi
sangat penasaran dengan film ini karena dulu waktu film ini main di bioskop miming
ngga sempet nonton. Yuk, kita sama-sama tunggu kehadirannya di outlet VEI. Ga
sabar deh rasanya pengen nonton 50/50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar